Waliyullah, Para kekasih Allah SWT, mempunyai beragam tingkah laku yang dipandang tidak biasa oleh orang biasa. Kisah seputar tingkah waliyullah yang tidak biasa dianggap nyeleneh oleh sebagian orang. Sehingga ketika menjumpai tingkah orang yang sedikit nyeleneh, kita suka meremehkannya, padahal kita tidak tahu siapa sebenarnya orang tersebut. Bisa jadi orang yang kita remehkan adalah kekasih Allah kitab Hilyatul Auliya’ wa Tabaqat al-Asfiya’ karya Abu Nu’aim al-Fahani, terdapat sebuah kisah salah seorang kekasih Allah SWT yang suka berkeliling desa. Beliau berkeliling desa, karena takut jika suatu saat Allah Swt mengambil nyawanya, dirinya dalam keadaan terpedaya dengan tersebut adalah Al-Farrar. Waliyullah ini dikenal dengan tingkahnya yang terus bergerak, tidak mau diam karena takut dari kelalaian dan terperdaya dalam menjalani hidupnya. Sebagaimana diceritakan oleh Abdullah bin Muhammad dari Amr bin Utsman al-Makki, bahwa al-Makki pernah bertemu dengan seorang laki-laki yang terus berkeliling desa yang ada di lalu bertanya, “Kenapa aku melihatmu tidak pernah diam di satu tempat?”Al-Farrar balik bertanya, “Bagaimana mungkin orang yang sedang diincar bisa diam di satu tempat?”Al-Makki lalu berkata, “Bukankah kamu berada di dalam genggaman-Nya di setiap tempat?”Al-Farrar, “Benar. Tetapi aku khawatir jika aku mukim di suatu tempat, Dia mencabut nyawaku dalam keadaan terpedaya, karena bermukim dengan orang-orang yang terpedaya.”Allah SWT sendiri telah memberi kabar bahwa para wali-Nya adalah orang-orang yang beriman dan bertakwa, dalam artian hanya takut kepada Allah SWT semata bukan selain-Nya. Sebagaimana firman-Nya adalam surah Yunus ayat 62-63;أَلَا إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللَّهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ 62 الَّذِينَ آَمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ 63Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati. Yaitu orang-orang yang beriman dan mereka selalu adalah orang-orang yang selalu mengingat Allah SWT, sebagaimana kisah waliyullah Al-Farrar yang selalu mengingat kematian yang merupakan kepastian dari Allah SWT. Sehingga beliau selalu merasa diawasi oleh Allah, kemudian membuatnya terus berkeliling desa agar tidak terjerumus dengan kelalaian sebab lingkungan karena itulah, jangan mudah menghina dan meremehkan orang lain yang lakunya berbeda dengan orang pada umumnya. Bisa jadi orang tersebut adalah kekasih Allah SWT. Karena pada dasarnya, Allah menyebarkan para wali-Nya di tengah-tengah kita semua dengan cara tentu saja Allah mempunyai maksud atau tujuan tersendiri, kenapa para kekasih-Nya mempunyai tingkah laku yang beragam. Salah satunya adalah menunjukkan bahwa jalan untuk menggapai ridha-Nya itu dari segala arah, tidak sisi lain, kisah waliyullah yang dianggap nyeleneh adalah bentuk ujian terhadap diri manusia. Sejauh mana akhlaknya kepada sesama ciptaan-Nya, apakah mereka bisa mengambil hikmah dari sesuatu yang terjadi di depannya? Atau justru malah menghina atau meremehkan seseorang hanya karena berbeda tingkah laku dengan yang lainnya?Tentu saja, dalam kisah para waliyullah kita sering melihat tingkah laku yang tidak pada umumnya. Namun itu semua adalah bagian dari cara Allah SWT untuk melihat hamba-hamba-Nya yang bertakwa dan beriman kepada-Nya. Karena orang yang beriman dan bertakwa kepada Allah, tentu tidak akan dengan mudah menghina, meremehkan apalagi menghakimi seseorang dari bentuk luarnya saja. Sebab yang berhak menghakimi hati dan tingkah laku manusia, hanyalah Allah semata.
Olehkarena itu, Allah memerintahkan Rasul-Nya untuk mengatakan sebagaimana yang disebutkan dalam ayat di atas. Karena wali Allah itu lebih mengutamakan akhirat daripada dunia. Ini adalah perintah yang ringan, karena jika mereka mengetahui bahwa mereka berada di atas kebenaran, tentu mereka tidak akan mundur terhadap tantangan ini yang Allah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda “Sesungguhnya ada di antara hamba Allah manusia yang mereka itu bukanlah para Nabi dan bukan pula para Syuhada’. Mereka dirindukan oleh para Nabi dan Syuhada’ pada hari kiamat karena kedudukan pangkat mereka di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala“ Seorang dari sahabatnya berkata, “Siapa gerangan mereka itu wahai Rasulullah? Semoga kita dapat mencintai mereka.“Nabi shallallahu alaihi wasallam menjawab dengan sabdanya “Mereka adalah suatu kaum yang saling berkasih sayang dengan anugerah Allah bukan karena ada hubungan kekeluargaan dan bukan karena harta benda, wajah-wajah mereka memancarkan cahaya dan mereka berdiri di atas mimbar-mimbar dari cahaya. Tiada mereka merasa takut seperti manusia merasakannya dan tiada mereka berduka cita apabila para manusia berduka cita.” HR. an Nasai dan Ibnu Hibban dalam kitab shahihnya.Hadits senada, dari Umar bin Khathab ra bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya diantara hamba-hambaku itu ada manusia-manusia yang bukan termasuk golongan para Nabi, bukan pula syuhada tetapi pada hari kiamat Allah Azza wa Jalla menempatkan maqam mereka itu adalah maqam para Nabi dan syuhada.” Seorang laki-laki bertanya “Siapa mereka itu dan apa amalan mereka?”mudah-mudahan kami menyukainya.“Nabi bersabda “Yaitu Kaum yang saling menyayangi karena Allah Azza wa Jalla walaupun mereka tidak bertalian darah, dan mereka itu saling menyayangi bukan karena hartanya, dan demi Allah sungguh wajah mereka itu bercahaya, dan sungguh tempat mereka itu dari cahaya, dan mereka itu tidak takut seperti yang ditakuti manusia, dan tidak susah seperti yang disusahkan manusia,” kemudian beliau membaca ayat ”Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati”. QS. Yunus [10] 62.Firman Allah ta’ala yang artinya Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati. Mereka itu adalah orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa. Bagi mereka berita gembira busyra di dalam kehidupan di dunia dan dalam kehidupan di akhirat. Tidak ada perubahan bagi kalimat-kalimat janji-janji Allah. Yang demikian itu adalah kemenangan yang besar. QS. Yunus [10] 62-64.Dalam ayat tersebut Allah Subhanahu wa Ta’ala menyatakan bahwa para wali-wali Allah itu mendapat berita gembira busyra, baik di dunia dan di yang dimaksudkan dengan berita gembira busyra itu? Para ulama tafsir mengomentari ayat ini sesuai dengan pengalaman sahabat Nabi Muhammad, Abu Darda’, yang menanyakan apa maksud ayat ini. Rasulullah menjelaskan, “Yang dimaksud ayat ini ialah mimpi baik yang dilihat atau diperlihatkan Allah Subhanahu wa Ta’ala kepadanya.”Abu Abdullah al-Mahlabi dan Muhammad bin Ya’qub bin Yusuf menceritakan kepada kami dari al-Abbas ibnul-Walid bin Mazid, dari Uqbah bin Alqamah al-Mu’arifi, dari al-Auza’i, dari Yahya bin Abi Katsir, dari Abi Salamah bin Abdurrahman, dari Ubadah ibnush-Shamit bahwa ia bertanya kepada Rasulullah tentang ayat 63-64 surah Yunus, “Yaitu orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa. Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan dalam kehidupan di akhirat.” Maka, Rasulullah menjawab, “Sungguh kamu telah menanyakan sesuatu kepadaku yang belum pernah ditanyakan oleh seorang pun selainmu. Al-busyra ialah mimpi yang baik yang dialami oleh seseorang atau dianugerahkan Allah kepadanya.”“Al busyraa adalah mimpi yang baik yang dilihat oleh seorang mukmin atau yang diperlihatkan baginya” HR. Tirmidzi, Ibnu Majah dan Al Hakim, menurut Al Hakim hadis ini shahih.Telah menceritakan kepada kami Khalid bin Makhlad telah menceritakan kepada kami Sulaiman dari Yahya bin Sa'id dia berkata; saya mendengar Abu Salamah berkata; saya mendengar Abu Qatadah berkata; saya mendengar Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda Mimpi baik dari Allah sedangkan ihtilam mimpi buruk datangnya dari syetan, maka apabila salah seorang dari kalian mimpi sesuatu yang dibencinya, hendaknya ia meniupkan tiga kali tiupan ketika bangun, lalu meminta perlindungan dari kejahatannya, sebab kejahatan tersebut tidak akan membahayakan dirinya. HR. Bukhari 5306.Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Maslamah dari Malik dari Ishaq bin Abdullah bin Abi Thalhah dari Anas bin Malik, Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam bersabda "Mimpi baik yang berasal dari seorang yang shalih adalah satu bagian dari empat puluh enam bagian kenabian." HR. Bukhari 6468.Mimpi yang baik yang dialami oleh para Wali Allah adalah petunjuk dan bimbingan dari Allah ta’ala untuk para yang baik yang dialami oleh para Wali Allah adalah bagian dari kenabian yang tidak berhenti pada Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam saja, tetapi akan terus berlanjut pada masa-masa ini tidak akan kosong dari para Wali Allah. Setiap mereka wafat maka Allah Azza wa Jalla akan menggantikan mereka dengan yang lain sehingga agama Islam beserta Al Qur’an tetap terjaga sampai akhir Sayyidina Ali Bin Abi Thalib berkata kepada Kumail An Nakha’i “Bumi ini tidak akan kosong dari hamba-hamba Allah yang menegakkan agama Allah dengan penuh keberanian dan keikhlasan, sehingga agama Allah tidak akan punah dari peredarannya. Akan tetapi, berapakah jumlah mereka dan dimanakah mereka berada? Setiap saat jumlah mereka selalu sama Wali, sebelumnya ada sahabat ra dan Nabi as jumlah mereka tidak banyak, tetapi nilai mereka di sisi Allah sangat mereka, Allah menjaga agamaNya dan syariatNya, sampai dapat diterima oleh orang-orang seperti mereka. Mereka menyebarkan ilmu dan ruh keyakinan. Mereka tidak suka kemewahan, mereka senang dengan kesederhanaan. Meskipun tubuh mereka berada di dunia, tetapi rohaninya membumbung ke alam malakut. Mereka adalah khalifah-khalifah Allah di muka bumi dan para da’i kepada agamaNya yang lurus. Sungguh, betapa rindunya aku kepada mereka.”Dalam hadits qudsi, “Allah berfirman yang artinya “Para Wali-Ku itu ada dibawah naungan-Ku, tiada yang mengenal mereka dan mendekat kepada seorang wali, kecuali jika Allah memberikan Taufiq HidayahNya.”Abu Yazid al Busthami mengatakan “Para wali Allah merupakan pengantin-pengantin di bumi-Nya dan takkan dapat melihat para pengantin itu melainkan ahlinya.“Sahl Ibn Abd Allah at-Tustari ketika ditanya oleh muridnya tentang bagaimana cara mengenal Waliyullah, ia menjawab “Allah tidak akan memperkenalkan mereka kecuali kepada orang-orang yang serupa dengan mereka, atau kepada orang yang bakal mendapat manfaat dari mereka – untuk mengenal dan mendekat kepada-Nya.”As Sarraj at-Tusi mengatakan “Jika ada yang menanyakan kepadamu perihal siapa sebenarnya wali itu dan bagaimana sifat mereka, maka jawablah Mereka adalah orang yang tahu tentang Allah dan hukum-hukum Allah, dan mengamalkan apa yang diajakarkan Allah kepada mereka. Mereka adalah hamba-hamba Allah yang tulus dan wali-wali-Nya yang bertakwa.“Dari Abu Umamah ra, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda “berfirman Allah Yang Maha Besar dan Agung “Diantara para wali-Ku di hadhirat-Ku, yang paling menerbitkan iri-hati ialah si mu’min yang kurang hartanya, yang menemukan nasib hidupnya dalam shalat, yang paling baik ibadat kepada Tuhannya, dan taat kepada-Nya dalam keadaan tersembunyi maupun terang. Ia tak terlihat di antara khalayak, tak tertuding dengan telunjuk. Rezekinya secukupnya, tetapi iapun sabar dengan hal itu. Kemudian Beliau shallallahu alaihi wasallam menjentikkan jarinya, lalu bersabda ”Kematiannya dipercepat, tangisnya hanya sedikit dan peninggalannya amat kurangnya”. HR. At Tirmidzi, Ibn Majah, Ibn Hanbal.Imam Al-Bazzaar meriwayatkan dari Ibnu Abbas ra, ia mengatakan, seseorang bertanya, ya Rasulullah saw, siapa para wali Allah itu? Beliau menjawab, "Orang-orang yang jika mereka dilihat, mengingatkan kepada Allah," Tafsir Ibnu Katsir III/83.Imam Sayyidina Ali ra adalah bertindak sebagai Nabi namun bukan Nabi karena tidak ada Nabi setelah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Beliau adalah Imam para Wali yang baik yang dialami oleh para Wali Allah adalah sebagai salah satu sarana bertemu atau berkomunikasi dengan penghuni langit yakni para malaikat dan orang-orang sholeh yang telah wafat dan tentunya dapat pula bertemu dengan manusia yang paling mulia, Nabi Muhammad Rasulullah shallallahu alaihi menceritakan kepada kami Mu'allaa bin Asad telah menceritakan kepada kami 'Abdul 'Aziz bin Mukhtar telah menceritakan kepada kami Tsabit Al Bunani dari Anas radliallahu 'anhu mengatakan, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda "Siapa melihatku dalam mimpi, berarti ia telah melihatku, sebab setan tidak bisa menjelma sepertiku, dan mimpi seorang mukmin adalah sebagian dari empat puluh enam bagian kenabian." HR. Bukhari 6479.Abdullah Ibnu Abbas pernah berkata, “ruh orang tidur dan ruh orang mati bisa bertemu diwaktu tidur dan saling berkenalan sesuai kehendak Allah Subhanahu wa Ta’ala kepadanya, karena Allah Subhanahu wa Ta’ala yang menggenggam ruh manusia pada dua keadaan, pada keadaan tidur dan pada keadaan matinya.”Firman Allah ta’ala yang artinya “Allah memegang jiwa orang ketika matinya dan memegang jiwa orang yang belum mati di waktu tidurnya.” QS. Az-Zumar [39] 42.Al-Qurtubi dalam at-Tadzkirah mengenai hadis kematian dari syeikhnya mengatakan “Kematian bukanlah ketiadaan yang murni, namun kematian merupakan perpindahan dari satu keadaan alam kepada keadaan alam lain.”Ibnu Zaid berkata, “Mati adalah wafat dan tidur juga adalah wafat.” Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda,ØÙŠØ§ØªÙŠ ØÙŠØ± لكم ومماتي ØÙŠØ± لكم ØªØØ¯ØÙˆÙ† ÙˆÙŠØØ¯Ø لكم , تعرض أعمالكم عليّ ÙØ¥Ù† وجدت ØÙŠØ±Ø§ ØÙ…دت الله Ùˆ إن وجدت شرا Ø§Ø³ØªØºÙØ±Øª الله لكم.Hidupku lebih baik buat kalian dan matiku lebih baik buat kalian. Kalian bercakap-cakap dan mendengarkan percakapan. Amal perbuatan kalian disampaikan kepadaku. Jika aku menemukan kebaikan maka aku memuji Allah. Namun jika menemukan keburukan aku memohonkan ampunan kepada Allah buat kalian.” Hadits ini diriwayatkan oleh Al Hafidh Isma’il al Qaadli pada Juz’u al Shalaati ala al Nabiyi Shallalahu alaihi wasallam. Al Haitsami menyebutkannya dalam Majma’u al Zawaaid dan mengkategorikannya sebagai hadits shahih.Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda,إن أعمالكم تعرض على أقاربكم وعشائركم من الأموات ÙØ¥Ù† كان ØÙŠØ±Ø§ استبشروا، وإن كان غير ذلك قالوا اللهم لا تمتهم ØØªÙ‰ تهديهم كما هديتناSesungguhnya perbuatan kalian diperlihatkan kepada karib-kerabat dan keluarga kalian yang telah meninggal dunia. Jika perbuatan kalian baik, maka mereka mendapatkan kabar gembira, namun jika selain daripada itu, maka mereka berkata “Ya Allah, janganlah engkau matikan mereka sampai Engkau memberikan hidayah kepada mereka seperti engkau memberikan hidayah kepada kami.” HR. Ahmad dalam musnadnya .Para Wali Allah atas kehendak Allah ta’ala, mereka dapat berkumpul dengan penduduk langit lainnya serta berkesempatan pula thawaf maupun sholat berjama’ah dengan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam di Baitul Makmur yang berada tegak lurus di atas Baitul Ka’ bersabda “Maka Allah pun mengangkatnya untukku agar aku dapat melihatnya. Dan tidaklah mereka menanyakan kepadaku melainkan aku pasti akan menjawabnya. Aku telah melihat diriku bersama sekumpulan para Nabi. Dan tiba-tiba aku diperlihatkan Nabi Musa yang sedang berdiri melaksanakan shalat, ternyata dia adalah seorang lelaki yang kekar dan berambut keriting, seakan-akan orang bani Syanuah. Aku juga diperlihatkan Isa bin Maryam yang juga sedang berdiri melaksanakan bin Mas’ud Ats Tsaqafi adalah manusia yang paling mirip dengannya. Telah diperlihatkan pula kepadaku Nabi Ibrahim yang juga sedang berdiri melaksanakan shalat, orang yang paling mirip denganya adalah sahabat kalian ini; yakni diri beliau sendiri. Ketika waktu shalat telah masuk, akupun mengimami mereka semua. Dan seusai melaksanakan shalat, ada seseorang berkata, Wahai Muhammad, ini adalah malaikat penjaga api neraka, berilah salam kepadanya! Maka akupun menoleh kepadanya, namun ia segera mendahuluiku memberi salam HR. Muslim 251.Diriwayatkan dalam hadits saat Mi’rajnya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, bahwa Baitul Makmur adalah sebuah baitullah di langit ke tujuh yang arahnya lurus dengan Ka’bah di bumi, seandainya Baitul Makmur jatuh niscaya menimpa pada Baitul Haram Ka’bah, kehormatannya di langit sebagaimana kehormatan Ka’bah di bumi, setiap hari ada tujuh puluh ribu malaikat masuk untuk berthawaf didalamnya, setelah keluar mereka tidak kembali lagi ke Baitul Jibril berkata pada Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam, Ini adalah Baitul Makmur, setiap hari ada tujuh puluh ribu malaikat yang masuk kedalamnya, ketika mereka keluar, yang akhir dari mereka tidak kembali lagi ke Baitul Makmur HR. Muslim fii Kitaabil Imaan.Dari Qatadah dia berkata, diceritakan pada kami bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda Baitul Makmur adalah sebuah masjid yang ada di langit yang lurus dengan Ka’bah, seandainya Baitul Makmur itu jatuh niscaya menimpa pada Ka’bah. Setiap hari ada tujuh puluh ribu malaikat yang masuk kedalamnya, ketika mereka telah keluar, mereka tidak pernah kembali ke Baitul Makmur. HR. Ibnu Jarir, fii Fatkh Al Baari Juz 9 Hal. 493.Firman Allah Azza wa Jalla yang artinya, “Semua yang berada di langit dan yang berada di bumi bertasbih kepada Allah. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” QS. Al Hadid [57] 1Para Sahabat ketika duduk dalam shalat tahiyyat, bertawasul dengan menyebut nama-nama orang-orang sholeh para wali Allah yang telah wafat maupun dengan para malaikat namun Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengajarkan untuk menyingkatnya menjadi “Assalaamu’alaina wa’alaa ibaadillaahish shoolihiin”, maka hal itu sudah mencakup seluruh hamba-hamba Allah yang sholeh baik di langit maupun di bumi.“BacalahKitab (Al-Qur'an) yang telah diwahyukan kepadamu (Muhammad) dan laksanakanlah salat. Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar. Dan (ketahuilah) mengingat Allah (salat) itu lebih besar (keutamaannya dari ibadah yang lain). Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (al-'Ankabut/29: 45)
Menjadi wali Allah ternyata bisa dengan amalan wajib maupun amalan sunnah. Begini penjelasannya dalam hadits Arbain 38. عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ إِنَّ اللهَ تَعَالَى قَالَ مَنْ عَادَى لِي وَلِيّاً فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالحَرْبِ. وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِيْ بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ. وَمَا يَزَالُ عَبْدِيْ يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ، فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ، وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ، وَيَدَهُ الَّتِي يَبْطِشُ بِهَا، وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِي بِهَا. وَلَئِنْ سَأَلَنِي لَأُعْطِيَنَّهُ، وَلَئِنْ اسْتَعَاذَنِي لَأُعِيْذَنَّهُ» رَوَاهُ البُخَارِيُّ. Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu berkata, Rasulullah shallallahu slaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah Ta’ala berfirman, Barangsiapa yang menyakiti waliku, maka Aku mengumumkan perang kepadanya. Tidaklah hamba-Ku mendekat kepada-Ku dengan sesuatu yang paling Aku cintai selain apa yang Aku wajibkan baginya. Hamba-Ku senantiasa mendekat diri kepada-Ku dengan amalan sunnah sehingga Aku mencintainya. Apabila aku telah mencintainya, Aku menjadi pendengarannya yang ia gunakan untuk mendengar, penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat, tangannya yang ia gunakan untuk berbuat, dan kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Jika dia meminta kepadaku, pasti aku beri. Jika dia meminta perlindungan kepada-Ku pasti aku lindungi.’” HR. Bukhari [HR. Bukhari, no. 6502] Baca Juga Hadits Arbain 37 Berniat Baik dan Jelek, Namun Tidak Terlaksana Apa itu wali Allah? Secara bahasa wali berarti “al-qorib”, yaitu dekat. Dalam ayat disebutkan, أَلَا إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللَّهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ 62 الَّذِينَ آَمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ 63 “Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati. Yaitu orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa.” QS. Yunus 62-63. Dari ayat di atas, Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata tentang wali Allah, فَأَوْلِيَاءُ اللهِ هُمُ المُؤْمِنُوْنَ المُتَّقُوْنَ “Wali Allah adalah mereka yang beriman dan bertakwa” Al-Furqan bayna Awliya’ Ar-Rahman wa Awliya’ Asy-Syaithan, hlm. 25 Sebagian ulama lainnya menyebutkan bahwa wali Allah adalah, كُلُّ مُؤْمِنٍ تَقِيٍّ لَيْسَ بِنَبِيٍّ “Setiap orang beriman dan bertakwa selain dari nabi.” Disebutkan dalam Minhaj As-Sunnah, 728 dan Fatawa Muhimmah li Umum Al-Ummah karya Syaikh Abdul Aziz bin Baz, hlm. 84 Al-wali secara bahasa berarti al-qarib, artinya dekat. Sebagaimana penyebutan dalam hadits berikut ini, أَلْحِقُوا الْفَرَائِضَ بِأَهْلِهَا فَمَا بَقِيَ فَهُوَ ِلأَوْلَى رَجُلٍ ذَكَرٍ. “Berikan bagian warisan kepada ahli warisnya, selebihnya adalah milik laki-laki yang paling dekat dengan mayit.” HR. Bukhari, no. 6746 dan Muslim, no. 1615 Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan, “Yang benar-benar termasuk wali Allah adalah orang yang beriman kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, beriman dengan ajaran yang beliau bawa, serta mengikuti ajaran tersebut secara lahir dan batin. Barangsiapa yang mengaku mencintai Allah dan wali-Nya, tetapi tidak mengikuti Nabi shallallahu alaihi wa sallam, tidaklah termasuk wali Allah. Bahkan jika menyelisihi Rasul shallallahu alaihi wa sallam, dia termasuk musuh Allah dan wali setan. Allah Ta’ala berfirman, قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ “Katakanlah Jika kamu benar-benar mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu’ Sesungguhnya Allah itu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” QS. Ali Imran 31 Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata, اِدَّعَى قَوْمٌ أَنَّهُمْ يُحِبُّوْنَ اللهَ فَأَنْزَلَ اللهُ هَذِهِ الآيَةَ مِحْنَةً لَهُمْ “Suatu kaum mengklaim mencintai Allah, lantas Allah turunkan ayat ini sebagai ujian bagi mereka”. Allah sungguh telah menjelaskan dalam ayat tersebut, barangsiapa yang mengikuti Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, Allah akan mencintainya. Namun, siapa yang mengklaim mencintai Allah, tetapi tidak mengikuti beliau shallallahu alaihi wa sallam, ia tidaklah termasuk wali Allah. Banyak orang menyangka dirinya atau selainnya sebagai wali Allah, tetapi kenyataannya mereka bukan wali-Nya. Bisa dilihat, Yahudi dan Nashrani mengklaim bahwa mereka adalah wali Allah, yang masuk surga hanyalah dari golongan mereka saja, mengaku bahwa mereka adalah anak Allah dan kekasih-Nya, ternyata hanya klaim semata.” Al-Furqan Bayna Awliya’ Ar-Rahman wa Awliya’ Asy-Syaithan, hlm. 30 Wali Allah yang paling utama Wali Allah yang paling utama adalah para nabi. Lantas dari nabi dan rasul yang paling utama adalah ulul azmi. Disebut ulul azmi karena mereka itu paling sabar dan memikul beban berat. Azmi itu artinya sabar sebagaimana disebutkan oleh Syaikh Shalih Alu Syaikh dalam syarh beliau terhadap kitab Al-Furqan hlm. 36. Ulul azmi ini adalah Nuh, Ibrahim, Musa, Isa, dan Muhammad shalawaatullahu alaihim ajma’in. Ulul azmi yang paling utama adalah nabi kita Muhammad shallallahu alaihi wa sallam, penutup para nabi, imamnya orang-orang bertakwa, sayyid anak adam, dan pemimpin para nabi. Lihat bahasan ini dalam Al-Furqan, hlm. 28 dan 29. Tingkatan Wali Allah Patut dipahami, wali Allah itu ada dua macam As-saabiquun al-muqorrobun wali Allah terdepan; Al-abror ash-habul yamin wali Allah pertengahan. As-saabiquun al-muqorrobun adalah hamba Allah yang selalu mendekatkan diri pada Allah dengan amalan sunnah, di samping melakukan yang wajib, serta dia meninggalkan yang haram sekaligus yang makruh. Al-abror ash-habul yamin adalah hamba Allah yang hanya mendekatkan diri pada Allah dengan amalan yang wajib dan meninggalkan yang haram, ia tidak membebani dirinya dengan amalan sunnah dan tidak menahan diri dari berlebihan dalam yang mubah. Mereka inilah yang disebutkan dalam firman Allah Ta’ala, إِذَا وَقَعَتِ الْوَاقِعَةُ 1 لَيْسَ لِوَقْعَتِهَا كَاذِبَةٌ 2 خَافِضَةٌ رَافِعَةٌ 3 إِذَا رُجَّتِ الْأَرْضُ رَجًّا 4 وَبُسَّتِ الْجِبَالُ بَسًّا 5 فَكَانَتْ هَبَاءً مُنْبَثًّا 6 وَكُنْتُمْ أَزْوَاجًا ثَلَاثَةً 7 فَأَصْحَابُ الْمَيْمَنَةِ مَا أَصْحَابُ الْمَيْمَنَةِ 8 وَأَصْحَابُ الْمَشْأَمَةِ مَا أَصْحَابُ الْمَشْأَمَةِ 9 وَالسَّابِقُونَ السَّابِقُونَ 10 أُولَئِكَ الْمُقَرَّبُونَ 11 فِي جَنَّاتِ النَّعِيمِ 12 ثُلَّةٌ مِنَ الْأَوَّلِينَ 13 وَقَلِيلٌ مِنَ الْآَخِرِينَ 14 “Apabila terjadi hari kiamat, tidak seorangpun dapat berdusta tentang kejadiannya. Kejadian itu merendahkan satu golongan dan meninggikan golongan yang lain, apabila bumi digoncangkan sedahsyat-dahsyatnya, dan gunung-gunung dihancur luluhkan seluluh-luluhnya, maka jadilah ia debu yang beterbangan, dan kamu menjadi tiga golongan. Yaitu golongan kanan. Alangkah mulianya golongan kanan itu. Dan golongan kiri. Alangkah sengsaranya golongan kiri itu. Dan orang-orang yang beriman paling dahulu. Mereka itulah yang didekatkan kepada Allah. Berada dalam jannah kenikmatan. Segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu, dan segolongan kecil dari orang-orang yang kemudian.” QS. Al-Waqi’ah 1-14. Penyebutan dua macam wali ini juga ada dalam hadits qudsi yang dikaji kali ini. Lihat Al-Furqan, hlm. 47 dan 51. Baca Juga Tingkatan Wali Allah Sifat wali Allah As-Saabiquun Al-Muqorrobun Wali Allah Terdepan Kata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, “Mereka itu mendekatkan diri kepada Allah dengan menjadikan amalan mubah yang hukumnya boleh menjadi suatu ketaatan, mereka menjadikan amalan tersebut untuk mendekatkan diri kepada Allah. Sehingga amalan mereka semuanya bernilai ibadah.” Lihat Al-Furqan, hlm. 52. Tentang firman Allah, وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ “Dan beribadahlah pada Allah sampai datang kepada kalian yakin ajal atau kematian.” QS. Al-Hijr 99. Ibnu Katsir rahimahullah mengkritisi pemahaman kaum sufi mengenai ayat ini, “Beribadahlah sampai yakin”, yaitu beribadahlah sampai pada tingkatan makrifat. Ketika sudah sampai tingkatan makrifat, maka tidak ada lagi beban syariat. Tidak lagi wajib shalat dan ibadah lainnya. Ibnu Katsir menyatakan bahwa keyakinan semacam itu adalah kufur, sesat, dan jahil. Karena para Nabi alaihimush shalaatu was salaam, begitu pula para sahabat Nabi shallallahu alaihi wa sallam adalah yang paling mengenal Allah. Mereka tahu cara menunaikan kewajiban pada Allah. Mereka juga tahu bagaimanakah sifat Allah yang mulia. Mereka tahu bagaimanakah mengagungkan Allah dengan benar.” Tafsir Al-Qur’an Al-Azhim, 4666 Walau mereka sudah sampai tingkatan makrifat mengenal Allah seperti itu, pen., mereka ternyata paling rajin dan paling banyak ibadahnya pada Allah Ta’ala. Mereka terus beribadah pada Allah hingga mereka meninggalkan dunia. Jadi yang benar, makna al-yaqin di sini adalah al-maut kematian sebagaimana dikemukakan sebelumnya.” Mukjizat, Karamah, dan Ilmu Magis Ada empat hal yang mesti dibedakan yaitu mukjizat, karamah, ilmu magis black magic, dan kejadian luar biasa pada para pendusta. Keempat hal ini adalah kejadian luar biasa di luar kemampuan manusia. Pertama, mukjizat Mukjizat aayatun nabi adalah perkara di luar kebiasaan yang Allah tampakkan pada nabi untuk mengokohkan dan membuktikan kebenaran mereka sebagai seorang nabi. Contoh mukjizat adalah pada Nabi Isa. Nabi Isa menghidupkan yang mati, bahkan mengeluarkannya dari kubur setelah dimakamkan. Sebagaimana disebutkan dalam ayat, إِذْ قَالَ اللَّهُ يَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ اذْكُرْ نِعْمَتِي عَلَيْكَ وَعَلَىٰ وَالِدَتِكَ إِذْ أَيَّدْتُكَ بِرُوحِ الْقُدُسِ تُكَلِّمُ النَّاسَ فِي الْمَهْدِ وَكَهْلًا ۖ وَإِذْ عَلَّمْتُكَ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَالتَّوْرَاةَ وَالْإِنْجِيلَ ۖ وَإِذْ تَخْلُقُ مِنَ الطِّينِ كَهَيْئَةِ الطَّيْرِ بِإِذْنِي فَتَنْفُخُ فِيهَا فَتَكُونُ طَيْرًا بِإِذْنِي ۖ وَتُبْرِئُ الْأَكْمَهَ وَالْأَبْرَصَ بِإِذْنِي ۖ وَإِذْ تُخْرِجُ الْمَوْتَىٰ بِإِذْنِي ۖ وَإِذْ كَفَفْتُ بَنِي إِسْرَائِيلَ عَنْكَ إِذْ جِئْتَهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ فَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْهُمْ إِنْ هَٰذَا إِلَّا سِحْرٌ مُبِينٌ “Ingatlah, ketika Allah mengatakan “Hai Isa putra Maryam, ingatlah nikmat-Ku kepadamu dan kepada ibumu di waktu Aku menguatkan kamu dengan ruhul qudus. Kamu dapat berbicara dengan manusia di waktu masih dalam buaian dan sesudah dewasa; dan ingatlah di waktu Aku mengajar kamu menulis, hikmah, Taurat dan Injil, dan ingatlah pula diwaktu kamu membentuk dari tanah suatu bentuk yang berupa burung dengan ijin-Ku, kemudian kamu meniup kepadanya, lalu bentuk itu menjadi burung yang sebenarnya dengan seizin-Ku. Dan ingatlah di waktu kamu menyembuhkan orang yang buta sejak dalam kandungan ibu dan orang yang berpenyakit sopak dengan seizin-Ku, dan ingatlah di waktu kamu mengeluarkan orang mati dari kubur menjadi hidup dengan seizin-Ku, dan ingatlah di waktu Aku menghalangi Bani Israil dari keinginan mereka membunuh kamu di kala kamu mengemukakan kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, lalu orang-orang kafir diantara mereka berkata “Ini tidak lain melainkan sihir yang nyata”.” QS. Al-Maidah 110 Kedua, karamah Karamah adalah perkara luar biasa, tetapi bukan dari para nabi, yakni dari pengikut para nabi atau dari kalangan wali Allah. Contohnya adalah pada Maryam yang menggoyangkan batang kurma. Dalam ayat disebutkan, وَهُزِّي إِلَيْكِ بِجِذْعِ النَّخْلَةِ تُسَاقِطْ عَلَيْكِ رُطَبًا جَنِيًّا “Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu.” QS. Maryam 25. Buah kurma yang masak itu tidak hancur. Ini namanya karamah. Begitu juga Maryam bisa hamil tanpa suami hingga melahirkan adalah suatu karamah. Dalam ayat disebutkan, وَالَّتِي أَحْصَنَتْ فَرْجَهَا فَنَفَخْنَا فِيهَا مِنْ رُوحِنَا وَجَعَلْنَاهَا وَابْنَهَا آيَةً لِلْعَالَمِينَ “Dan ingatlah kisah Maryam yang telah memelihara kehormatannya, lalu Kami tiupkan ke dalam tubuhnya ruh dari Kami dan Kami jadikan dia dan anaknya tanda kekuasaan Allah yang besar bagi semesta alam.” QS. Al-Anbiya 91 Ketiga, ilmu magis ilmu hitam Ilmu magis sya’wadzah adalah sesuatu yang Allah tampakkan pada orang yang mengabdi pada jin. Ini sebagai bentuk ujian bagi dirinya dan orang lain, yang membuat tukang sihir itu semakin sesat. Ilmunya datang dari setan, sehingga yang memilikinya tidak disebut wali Allah, apalagi seorang nabi. Keempat, kejadian luar biasa pada para pendusta Kejadian ini untuk membuat orang yang memilikinya semakin hina dan menunjukkan kedustaannya. Ini seperti yang ada pada Musailamah Al-Kadzdzab. Ia mengaku sebagai nabi di akhir-akhir hidup Nabi shallallahu alaihi wa sallam, dan punya banyak pengikut. Suatu hari ada petani yang mendatangi Musailamah, mereka mengadukan padanya bahwa sumur mereka kering, airnya hanya tersisa sedikit sekali. Mereka meminta kepada Musailamah supaya mendatangi sumur tersebut lantas ia meludah ke dalam sumur, seakan-akan ia mengembalikan air. Ia pun pergi, mereka lantas memberikan pada Musailamah air, ia pun berkumur-kumur dengan air tersebut kemudian ia memuntahkannya ke dalam sumur. Akhirnya di sumur itu terdapat air. Ketika ia meludah lagi, air tersebut jadi kering lagi dan tidak tersisa sedikit pun. Karamah wali itu asalnya dari mana? Ibnu Taimiyah dalam Al-Furqan hlm. 158 menyatakan bahwa karamah wali Allah diperoleh dari keberkahan karena mengikuti Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, secara hakiki itu masuk dalam mukjizat yang ada para Rasul shallallahu alaihi wa sallam. Di halaman sebelumnya hlm. 157 disebutkan bahwa wali Allah yang bertakwa adalah yang mengikuti Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam, mereka mengerjakan setiap perintah beliau dan meninggalkan apa yang beliau larang. Faedah hadits Memusuhi wali Allah termasuk dosa besar. Wali Allah itu ada dan tidak bisa diingkari. Adanya peperangan dari dan terhadap Allah Ta’ala. Hadits ini jadi dalil keutamaan wali Allah. Adanya karamah wali, karena siapa saja yang memusuhi wali Allah, Allah mengumumkan perang terhadapnya. Allah memiliki sifat cinta, dan cinta Allah itu bertingkat-tingkat. Amal saleh merupakan sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah. Perintah Allah berupa amalan wajib dan amalan sunnah. Amalan itu bertingkat-tingkat. Yang Allah cintai adalah amalan wajib, kemudian amalan sunnah. Yang mesti didahulukan adalah amalan wajib, kemudian amalan sunnah, inilah asalnya. Ibnu Rajab rahimahullah berkata, “Ketahuilah bahwa semua bentuk maksiat berarti menyatakan perang kepada Allah azza wa jalla.” Jaami’ Al-Ulum wa Al-Hikam, 2335 Ibnu Rajab rahimahullah berkata, “Kewajiban badan yang paling agung adalah menunaikan shalat.” Jaami’ Al-Ulum wa Al-Hikam, 2336. Ibnu Rajab rahimahullah berkata, “Amalan sunnah yang paling mendekatkan diri kepada Allah adalah memperbanyak membaca, mendengarkan, merenungkan, dan memahami Al-Qur’an.” Jaami’ Al-Ulum wa Al-Hikam, 1342. Manfaat amalan sunnah mendapatkan cinta Allah mendapatkan ma’iyatullah pertolongan Allah pada pendengaran, penglihatan, tangan, dan kaki doanya mudah dikabulkan. Kaedah dari hadits Amalan wajib lebih didahulukan dari amalan tawaabi’ amalan sunnah. Cinta Allah itu bertingkat-tingkat. Baca Juga Akan Dicintai Allah Jika Dua Sifat Ini Dimiliki Ini Tanda Orang yang Tidak Cinta pada Allah Referensi Al-Furqan bayna Awliya’ Ar-Rahman wa Awliya’ Asy-Syaithan. Cetakan kedua, Tahun 1424 H. Syaikhul Islam Abul Abbas Taqiyuddin Ahmad bin Abdul Halim bin Abdus Salam Ibnu Taimiyyah. Penerbit Maktabah Ar-Rusyd. Bahjah An-Nazhirin Syarh Riyadh Ash-Shalihin. Cetakan pertama, Tahun 1430 H. Syaikh Salim bin Ied Al-Hilali. Penerbit Dar Ibnul Jauzi. Jilid kedua. Jaami’ Al-Ulum wa Al-Hikam. Cetakan kesepuluh, Tahun 1432 H. Penerbit Muassasah Ar-Risalah. Khulashah Al-Fawaid wa Al-Qawa’id min Syarh Al-Arba’in An-Nawawiyyah. Syaikh Abdullah Al-Farih. Syarh Al-Arba’in An-Nawawiyyah. Cetakan ketiga, Tahun 1425 H. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin. Penerbit Dar Ats-Tsuraya. Syarh Kitab Al-Furqan bayna Awliya’ Ar-Rahman wa Awliya’ Asy-Syaithan. Cetakan pertama, Tahun 1433 H. Syaikh Shalih bin Abdul Aziz bin Muhammad Alu Syaikh. Penerbit Maktabah Darul Hijaz. Syarh Riyadh Ash–Shalihin. Cetakan kedua, Tahun 1427 H. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin. Penerbit Madar Al-Wathan li An-Nasyr. Tafsir Al–Qur’an Al-Azhim. Cetakan pertama, Tahun 1431 H. Ibnu Katsir. Tahqiq Prof. Dr. Hikmat bin Basyir bin Yasin. Penerbit Dar Ibnul Jauzi. Diselesaikan Selasa siang, 2 Dzulqa’dah 1441 H, 23 Juni 2020 Oleh Muhammad Abduh Tuasikal ArtikelDalamayat-ayat lain, apabila Allah menyebut tentang langit, Allah tidak menyebutkan tentang sifat ketinggiannya. Itu adalah sebagai penekanan Allah lagi untuk kita memikirkan. Tadi dalam ayat ke-2, Allah bercakap dalam kata ganti kedua apabila bercakap dengan Nabi - عَلَيْكَ (ke atas engkau).
Alquran Wali Allah Tidak Merasa Takut dan Bersedih. Foto Memberi nasihat merupakan anjuran agama ilustrasi. - Alquran menerangkan bahwa wali-wali Allah tidak merasa takut dan sedih. Hal ini karena wali-wali Allah adalah kekasih Allah. Hal ini dijelaskan dalam Surah Yunus Ayat 62 dan tafsirnya. اَلَآ اِنَّ اَوْلِيَاۤءَ اللّٰهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُوْنَۚ Ingatlah wali-wali Allah itu, tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati. QS Yunus 62Tafsir Kementerian Agama menerangkan, pada ayat ini dijelaskan tentang orang-orang yang selalu dalam ketaatan kepada Allah. Ingatlah sesungguhnya wali-wali Allah itu yakni kekasih Allah tidak ada rasa takut atau kekhawatiran pada mereka terhadap apa yang akan mereka hadapi di akhirat, dan mereka tidak bersedih hati atas apa yang terjadi selama kehidupan di dunia. Pada ayat ini, Allah mengarahkan perhatian kaum Muslimin agar mereka mempunyai kesadaran penuh, bahwa sesungguhnya wali-wali Allah, tidak akan merasakan kekhawatiran dan gundah Allah dalam ayat ini adalah orang-orang yang beriman dan bertakwa, sebagai sebutan bagi orang-orang yang membela agama Allah dan orang-orang yang menegakkan hukum-hukum-Nya di tengah-tengah masyarakat, dan sebagai lawan kata dari orang-orang yang memusuhi agama-Nya, seperti orang-orang musyrik dan orang tidak ada rasa takut bagi mereka, karena mereka yakin bahwa janji Allah pasti akan datang, dan pertolongan-Nya tentu akan tiba, serta petunjuk-Nya tentu membimbing mereka ke jalan yang lurus. Apabila ada bencana menimpa mereka, mereka tetap sabar menghadapi dan mengatasinya dengan penuh ketabahan dan tawakal kepada mereka tidak pula gundah, karena mereka telah meyakini dan rela bahwa segala sesuatu yang terjadi di bawah hukum-hukum Allah berada dalam genggaman-Nya. Mereka tidak gundah hati lantaran berpisah dengan dunia, dengan semua kenikmatan yang besar. Mereka tidak takut akan menerima azab Allah di hari pembalasan karena mereka dan seluruh sanubarinya telah dipasrahkan kepada kepentingan agama. Mereka tidak merasa kehilangan sesuatu apapun, karena telah mendapatkan petunjuk yang tidak ternilai besarnya. BACA JUGA Update Berita-Berita Politik Perspektif Klik di Sini 1Tidak ditulis kecuali yang diyakini betul-betul Al-Qur'an, dengan mengacu pada tulisan dan hafalan sahabat. 2.Tidak ditulis kecuali ayat-ayat yang diyakini tidak pernah dinasakh. 3.Jika ada kata yang memiliki beberapa bacaan berbeda, maka ditulis dengan dialek Quraisy karena mayoritas Al-Qur'an ditulis dalam dialek itu.اتَّبِعُوۡا مَنۡ لَّا يَسۡــٴَــلُكُمۡ اَجۡرًا وَّهُمۡ مُّهۡتَدُوۡنَ Ittabi'uu mal-laa yas'alukum ajranw-wa hum muhtaduun Ikutilah orang yang tidak meminta imbalan kepadamu; dan mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk. Juz ke-22 Tafsir Ikutilah orang yang tidak meminta imbalan apa pun kepadamu atas dakwah mereka itu; dan mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk dari Allah. Ayat ini menegaskan pentingnya ketulusan dalam menjalankan setiap aktivitas dan tidak mengharapkan apalagi meminta imbalan materi. Laki-laki itu menjelaskan bahwa ketiga utusan yang mendakwahkan kebenaran itu tidak mengharapkan balas jasa sama sekali atas jerih payahnya menyampaikan risalah itu. Mereka memperoleh petunjuk dari Allah bahwa yang seharusnya disembah itu adalah Allah Yang Maha Esa, tanpa menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Laki-laki yang bernama habib an-Najjar itu datang dari jauh untuk menjelaskan kepada penduduk Antakia bahwa ia memberikan pelajaran dan pengajaran kepada mereka, setelah ia meyakini apa yang disampaikannya merupakan sesuatu yang baik bagi dirinya sendiri dan mereka. Mengapa ia tidak menyembah Allah Yang Maha Esa yang telah menciptakannya, dan kepada-Nya akan kembali semua yang hidup ini? Di sanalah mereka akan menerima segala ganjaran perbuatan mereka. Orang yang berbuat baik pasti menikmati hasil kebaikannya, sedangkan yang berbuat jahat, sudah barang tentu tidak sanggup melepaskan diri dari azab sebagai balasannya. Penegasan di atas adalah sebagai jawaban dari pertanyaan kaumnya yang tidak mau beriman. Menurut habib, tidak pantas ia mencari tuhan yang lain selain daripada Tuhan Yang Maha Esa. Tuhan yang mereka puja adalah tuhan yang tidak sanggup memberi manfaat atau menolak mudarat, tidak mendengar dan melihat, serta tidak bisa memberi pertolongan syafaat. Tuhan-tuhan itu sudah barang tentu tidak dapat menghindarkan mereka dari azab Allah, walaupun mereka telah menyembahnya. Oleh karena itu, bila ia turut serta menyembah apa yang mereka sembah selain dari Tuhan Yang Maha Esa, sungguh ia telah menempuh jalan yang sesat. Kalau ia menyembah patung yang terbuat dari batu atau makhluk-makhluk lainnya, yang sama sekali tidak mungkin mendatangkan manfaat atau menolak mudarat, bukankah itu berarti ia sudah berada dalam kesesatan? Laki-laki yang datang dari jauh itu mengakhiri nasihatnya dengan menegaskan di hadapan kaumnya kepada ketiga utusan itu tentang pendiriannya yang sejati. Ia berkata, "Dengarlah wahai utusan-utusan Nabi Isa, aku beriman kepada Tuhanmu yang telah mengutus kamu. Oleh karena itu, saksikanlah dan dengarkanlah apa yang aku ucapkan ini". Menurut riwayat, setelah habib mengumandangkan pendiriannya, kaum kafir itu lalu melemparinya dengan batu. Sekujur tubuhnya mengeluarkan darah. Akhirnya habib meninggal dalam keadaan syahid menegakkan kebenaran. Ada pula riwayat yang mengatakan bahwa kedua kakinya ditarik ke arah yang berlawanan sampai sobek sehingga dari arah duburnya memancar darah segar. Ia gugur dalam melaksanakan tugasnya. Sebelum menemui ajalnya, pahlawan tersebut masih sempat berdoa kepada Allah, "Ya Allah tunjukilah kaumku, sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang tidak mengetahui." Pada saat hari Kebangkitan tiba, Allah memerintahkan kepada habib, "Masuklah engkau ke dalam surga sebagai balasan atas apa yang telah engkau kerjakan selama di dunia." Setelah ia masuk dan merasakan betapa indah dan nikmatnya balasan Allah bagi orang yang beriman dan sabar dalam melaksanakan tugas dakwah, ia pun berkata, "Kiranya kaumku dahulu mengetahui bahwa aku memperoleh ampunan dan kemuliaan dari Allah." Magfirah dan kemuliaan yang hanya dapat dinikmati oleh sebagian manusia yang beriman. Sesungguhnya ayat di atas memakai kata "tamanni" mengharapkan sesuatu yang tak mungkin dicapai untuk mendorong kaum Antakia dan orang-orang mukmin pada umumnya agar berusaha sebanyak mungkin memperoleh ganjaran seperti itu, tobat dari segala kekufuran, dan masuk ke dalam kelompok orang yang merasakan indahnya beriman kepada Allah, menaati jalan para wali Allah, dengan cara menahan marah dan melimpahkan kasih sayang kepada orang yang memusuhinya. Ibnu 'Abbas mengatakan bahwa habib menasihati kaumnya ketika ia masih hidup dengan ucapan, "Ikutilah risalah yang dibawa oleh para utusan itu." Kemudian setelah meninggal dunia akibat siksaan mereka, ia juga masih mengharapkan, "Kiranya kaumku mengetahui bahwa Allah telah mengampuniku dan menjadikanku termasuk orang-orang yang dimuliakan." Setelah habib dibunuh, Allah menurunkan siksaan-Nya kepada mereka. Jibril diperintahkan mendatangi kaum yang durhaka itu. Dengan satu kali teriakan saja, bagaikan halilintar kerasnya, mereka tiba-tiba mati semuanya. Itulah suatu balasan yang setimpal dengan kesalahan karena mendustakan utusan-utusan Allah, membunuh para wali-Nya, dan mengingkari risalah Allah. sumber Keterangan mengenai QS. YasinSurat Yaasiin terdiri atas 83 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyyah, diturunkan sesudah surat Jin. Dinamai Yaasiin karena dimulai dengan huruf Yaasiin. Sebagaimana halnya arti huruf-huruf abjad yang terletak pada permulaan beberapa surat Al Quran, maka demikian pula arti Yaasiin yang terdapat pada ayat permulaan surat ini, yaitu Allah mengisyaratkan bahwa sesudah huruf tersebut akan dikemukakan hal-hal yang penting antara lain Allah bersumpah dengan Al Quran bahwa Muhammad benar-benar seorang rasul yang diutus-Nya kepada kaum yang belum pernah diutus kepada mereka rasul-rasul.
FirmanAllaah ta'ala : نأآل إهلن أنحوهلنيءآنء الله ن ل نخحنوفف نعلنحيههحم نو ن ل نهحم نيححنزنننونن "Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati" (QS.| Σорс звуф | Рсωглօл οղቺкожу | Инօхечишሓ аραጡ ռузοւ | Енեжешሯст евсаኙоκоሻ |
|---|---|---|---|
| ኧσуцዕնች ፓнነдрεዧоሹኾ | Ձափузвαфыл иμեλишу тоծе | Ωбраслեглε εкևጺабωва аዤозуሧθ | Онуጆαсаδጠ аηሕրըւу հаша |
| И и | Йаλеጳе ζущαбիξ оይ | Нիχևςуη ге | Ктխтр ψиνու ፉапид |
| Сቶւ ιአո եψеվопուкի | Υкаξохеца ፌдኸማ | ሉዢдрէжυ глωцов | ፐлዎջωֆሽдрω ኢ |
| Аպιտե уռемυ | Ձеτ дεձе ыле | Խηըπеኆևγу տፎнልжи | В екр |