METODOLOGI TAFSIR BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Allah berfirman dalam ayatnya كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا آيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الْأَلْبَابِ [ص 29] “ Ini adalah sebuah Kitab yang kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatNya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran.” Shad 3829. أفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ أَمْ عَلَى قُلُوبٍ أَقْفَالُهَا [محمد 24] “Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran ataukah hati mereka terkunci?” Muhammad 47 21 Pada ayat yang pertama di atas, Allah menjelaskan bahwa hikmah diturunkannya al-Qur’an adalah agar supaya manusia mentadaburi ayat-ayat yang ada di dalamnya. Sedangkan pada ayat yang kedua, Allah mencela orang-orang yang tidak mau mentadaburi al-Qur’an. Sedangkan seseorang tidak dapat mentadaburi al-Qur’an tanpa mengetahui maksud-maksud dari lafadz-lafadz al-Qur’an. Dari hal itu, jelaslah bahwa penafsiran al-qur’an amatlah penting bagi kita. Untuk itu, kami akan memaparkan tafsir al-qur’an yang nantinya terbagi dalam beberapa metode penafsiran yang mana metode-metode tersebutlah yang digunakan penafsir untuk mengarahkan penafsiran yang dilakukannya. Hal ini diperlukan supaya penafsiran yang dilakukan agar lebih terarah, sistematis dan tidak menyimpang dari tujuan awalnya atau bahkan seorang penafsir melakukan penafsiran yang menyesatkan banyak manusia. Karena itulah metode penafsiran harus dimiliki seorang penafsir. Rumusan Masalah Berdasarkan judul dan latar belakang yang kami uraikan di atas, maka dapat kami nyatakan, bagaimana metodologi tafsir al-qur’an. Dari pernyataan diatas maka, rumusan masalah dapat kami uraikan sebagai berikut tentang metodologi tafsir al-qur’an penafsiran al-qur’an Tujuan Tujuan penulisan makalah ini sebagai tugas untuk mata kuliah Metodologi Study Islam Untuk menambah wawasan khasanah keislaman kita, terutama dalam metode penafsiran al-qur’an yang sangat urgent bagi kehidupan kita. Untuk mengetahui macam-macam metode penafsiran al-qur’an. BAB II PEMBAHASAN METODOLOGI TAFSIR Metodologi merupakan terjemahan dari bahasa Inggris, methodology, yang pada dasarnya berasal dari bahasa Latin methodus dan logia yang kemudian diserap oleh bahasa Yunani menjadi methodos yang berarti cara atau jalan dan logos yang berarti kata atau pembicaraan. Dengan demikian, metodologi merupakan wacana tentang cara melakukan sesuatu. Dalam bahasa Arab, metodologi diterjemahkan dengan manhaaj atau minhaaj al-Maidah 5 48 yang berarti jalan terang. Adapun dalam bentuk bahasa Indonesia, metodologi diartikan dengan “ilmu atau uraian tentang metode”. Sedangkan metode sendiri berarti “cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud dalam ilmu pengetahuan dan sebagainya; cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai suatu yang ditentukan”. Menurut Robert Bogdan dan Steven J. Taylor, dalam pengertian luas, metodologi merujuk pada arti proses, prinsip dan prosedur yang diikuti dalam mendekati persoalan dan menemukan jawabannya. Tafsir secara bahasa,berasal dari kata bahasa arab, fassara-yufassiru-tafsiiran, yang berarti penjelasan, pemahaman, dan perincian. Selain itu tafsir dapat pula berarti al-idlaah wa at-tabyin yaitu penjelasan dan keterangan. Pendapat lain mengatakan bahwa kata tafsir adalah bentuk mashdar kata taf’il, yang diambil dari kata al fasr, yang berarti al-ibaanah menjelaskan, al-kasyfu menyingkap dan al-idzhaaru menampakkan al-ma’na al-ma’quul ma’na yang logis. Adapun pengertian tafsir sebagaimana dikemukakan pakar al-Quran, tampil dalam bentuk yang berbeda-beda, namun esensinya sama. Abu Hayyaan misalnya, mengatakan bahwa tafsir ialah Ilmu yang membahas tentang cara pengucapan lafadz-lafadz a-quran dan pengertian-pengertian yang ditujukan olehnya, hukum-hukumnya yang tunggal dan bergandeng dengan yang lain, ma’na-ma’na yang berkaitan dengan kondisi struktur kalimat dan hal lain yang menyempurnakannya. Sementara itu Al Imam Az Zarqani mengatakan, bahwa tafsir adalah ilmu yang membahas kandungan Al-qur’an baik dari segi pemahaman ma’na atau arti sesuai dikehendaki Allah ,menurut kadar kesanggupan manusia. Az-Zarkasyi mengatakan bahwa tafsir adalah ilmu yang fungsinya untuk mengetahui kandungan kitabullah Al qur’an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad, dengan cara mengambil penjelasan ma’nanya, hukum serta hikmah yang terkandung didalamnya. Adapun menurut istilah tafsir menurut al-Utsaimin adalah penjelasan makna-makna al-Qur’an. Dengan demikian, secara singkat dapat diambil suatu pengertian bahwa yang dimaksud dengan metodologi tafsir adalah suatu prosedur sistematis yang diikuti dalam upaya memahami dan menjelaskan maksud kandungan al-Quran. PENAFSIRAN AL-QURAN Dalam penafsiran al-Quran, terdat 4 macam metode yang berkembang, yaitu tahlili, ijmal, muqarrin, dan maudhu’i. Masing-masing metode tersebut mempunyai kriteria tersendiri. Tahlili Analitis Kata tahlili adalah bentuk masdar dari kata hallala-yuhallilu-tahliilan, yang berasal dari kata halla-yahullu-halln yang berarti membuka sesuatu. Tidak ada sesuatu pun yang tertutup darinya. Dari sini dapat difahami bahwa arti kata tahlil berarti membuka sesuatu yang tertutup atau yang terikat dan mengikat sesuatu yang berserakan agar tidak terlepas atau tercecer. Sedang definisi penafsiran tahlili adalah metode penafsiran al-Quran yang dilakukan dengan cara menjelaskan ayat-ayat al-Quran dalam berbagai aspek, serta menjelaskan maksud yang terkandung di dalamnya sehingga kegiatan mufassir hanya menjelaskan ayat demi ayat, surat demi surat, makna lafal tertentu, susunan kalimat, persesuaian kalimat satu dengan kalimat lain, asbabun nuzul, nasikh mansukh, yang berkenaan dengan ayat yang ditafsirkan. Sistematika metode analitis biasanya diawali dengan mengemukakan korelasi munasabah baik antar ayat maupun surat, menjelaskan latar belakang turunnya surat asbabun nuzul nya, menganalisis kosa kata dan lafadz dalam konteks bahasa Arab, menyajikan kandungan ayat secara global, menjelaskan hukum yang dapat dipetik dari ayat, lalu menerangkan ma’na dan tujuan syara’ yang terkandung dalam ayat. Untuk corak tafsir ilmu dan sosial kemasyarakatan, biasanya penulis memperkuat argumentasinya dengan mengutip pendapat para ilmuwan dan teori ilmiah kontemporer. Para ulama’membagi wujud tafsir dengan metode tahlili kepada 7 macam tafsir, yaitu at-Tafsir bi al-Ma’tsuur, at-Tafsir bi ar-Ra’yi, at-Tafsir ash-Shuufiy, at-Tafsir al-Fiqhiy, at-Tafsir al-Falsafiy, at-Tafsir al-Ilmiy, dan at-Tafsir al-Adabiy al-Ijtimaa’iy. Ada juga yang membagi dari segi praktiknya menjadi dua bentuk, yaitu Ma’tsûr dan Ra’yi, sedangkan penyajian karya tafsirnya meliputi bahasa, hukum, ilmu pengetahuan, mistik, filsafat dan sastra sosial kemasyarakatan. Kitab-kitab Tafsir yang menggunakan metode Tahlili Di antara kitab-kitab tafsir yang menggunakan metode ini dengan bentuk ma’tsur adalah a Tafsir al-Quran al-Azhim, karya Ibn Katsir. b Tafsir al-Munir, karya Syaikh Nawawiy al-Bantaniy. c Jami’ al-Bayan an Ta’wil al-Qur’an al-Karim Tafsir al-Thabari, karya Ibn Jarir al-Thabari. d Ma’alim al-Tanzil, karya al-Baghawi. e Al- Durr al-Mantsur fi al-Tafsir bi al-Ma’tsur, karya al-Suyuthi Adapun tafsir tahlili yang mengambil bentuk ra’yi, antara lain a Tafsir al-Khazin, karya al-Khazin b Anwar al-Tanzil wa Asrar al-Ta’wil, karya al-Baydhawi. c Al-Kasysyaf, karya al-Zamakhsyari. d Arais al-Bayan fi Haqaiq al-Qur’an, karya al-Syirazi. e Al-Tafsir al-Kabir wa Mafatih al-Ghaib, karya al-Fakhr al-Razi. f Al-Jawahir fi Tafsir al-Qur’an, karya Thanthawi Jauhari. g Tafsir al-Manar, karya Muhammad Rasyid Ridha, dan lain-lain Langkah-langkah Metode Penafsiran Tahlili Dalam menggunakan metode penafsiran tahlili, terdapat langkah-langkah penafsiran yang pada umumnya digunakan, yaitu 1. Menerangkan makki dan madani di awal surat asbabun nuzul jika ada arti mufrodat kosa kata, termasuk di dalamnya kajian bahasa yang mencakup dan balaghah Menerangkan unsur-unsur fasahah,bayan,dan I’jaz-nya Memaparkan kandungan ayat secara umum dan maksudnya 5..Menjelaskan hukum yang dapat digali dari ayat yang dibahas. Ciri-ciri Metode Penafsiran Tahlili Diantara cirri-ciri dari tafsir yang menggunakan tahlili adalah sebagai berikut menafsirkan ayat demi ayat dan surat demi surat secara berurutan sesuai dengan urutannya dalam mushaf Seorang mufassir berusaha menjelaskan makna yang terkandung di dalam ayat-ayat al-qur’an secara komprehensif dan menyeluruh, baik dari segi I’rab, asbabun nuzul dan yang lainnya. Dalam penafsirannya, seorang mufassir menafsirkan ayat-ayat baik melalui pendekatan bil-ma’sur maupun bir ra’yi. Kelebihan dan Kekurangan Metode Tahlili a Kelebihan Metode Tahlili Dapat mengetahui dengan mudah tafsir suatu surat atau ayat, karena susunan tertib ayat atau surat mengikuti susunan sebagaimana terdapat dalam mushaf. bMudah mengetahui relevansi/munasabah antara suatu surat atau ayat dengan surat atau ayat lainnya cMemungkinkan untuk dapat memberikan penafsiran pada semua ayat, meskipun inti penafsiran ayat yang satu merupakan pengulangan dari ayat yang lain, jika ayat-ayat yang ditafsirkan sama atau hampir sama dMengandung banyak aspek pengetahuan, meliputi hukum, sejarah, sains, dan lain-lain b Kekurangan Metode Tafsir Tahlili pandangan-pandangan yang parsial dan kontradiktif dalam kehidupan umat Islam subjektivitas tidak mudah dihindari misalnya adanya ayat yang ditafsirkan dalam rangka membenarkan pendapatnya Terkesan adanya penafsiran berulang-ulang, terutama terhadap ayat-ayat yang mempunyai tema yang sama pemikiran israiliyyat 2. Metode Ijmali Global Yaitu, metode penafsiran al-Quran yang dilakukan dengan cara menjelaskan maksud al-Qur’an secara global, tidak terperinci seperti tafsir tahlili. Para pakar menganggap bahwa metode ini merupakan metode yang pertama kali hadir dalam sejarah perkembangan metodologi tafsir, karena didasarkan pada kenyataan bahwa era awal-awal Islam, metode ini yang dipakai dalam memahami dan menafsirkan al-Quran. Realitas sejarah bahwa dahulu para sahabat adalah mayoritas orang Arab yang ahli bahasa Arab dan mengetahui dengan baik latar belakang asbabun nuzul-nya ayat, bahkan menyaksikan serta terlibat langsung dalam situasi dan kondisi umat Islam ketika ayat-ayat al-Quran turun. Hal ini dapat menyuburkan persemaian metode global karena sahabat tidak memerlukan penjelasan yang rinci dari Nabi, tetapi cukup dengan isyarat dan uraian sederhana. Dengan metode ini, langkah awal yang dilakukan para mufassir adalah membahas ayat demi ayat sesuai dengan urutan yang ada pada mushaf, lalu mengemukakan arti yang dimaksud ayat-ayat tersebut dengan global. Ma’na yang diutarakan biasanya diletakkan di dalam rangkaian ayat atau menurut pola-pola yang diakui jumhur ulama’ dan mudah difaham semua bahasa, diupayakan lafadznya mirip bahkan sama dengan lafadz yang digunakan al-Quran sehingga pembaca bisa merasakan bahwa uraian tafsirnya tidak jauh berbeda dari gaya bahasa al-Quran dan terkesan bahwa hal itu benar-benar mempresentasikan pesan al-Quran. Kitab-kitab Tafsir yang menggunakan metode Ijmali a Tafsir al-Jalalayn, karya Jalal ad-Din as-Suyuthi dan Jalal ad-Din al-Mahalli. b Shafwah al-Bayan Lima’ani al-Qurân, karya Syeikh Hasanain Muhammad Makhluf. c Tafsîr al-Quran al-Azhim, karya Ustadz Muhammad Farid Wajdiy. d Tafsir al-Wasith, karya Tim Majma’ al-Buhuts al-Islamiyyah Lembaga Penelitian Islam al-Azhar Mesir. e Taj al-Tafasir, karya Muhammad Utsman al-Mirghani. Kelebihan dan Kekurangan Metode Ijmaliy a Kelebihan Metode Tafsir Ijmaliy Praktis, simplistis dan mudah dipahami Bebas dari penafsiran israiliyat Akrab dengan bahasa al-Quran b Kekurangan Metode Tafsir Ijmaliy Menjadikan petunjuk al-Quran bersifat parsial dan tidak ada ruang untuk mengemukakan analisis yang memadai CTidak mampu mengantarkan pembaca untuk mendialogkan al-Quran dengan permasalahan sosial maupun keilmuan yang aktual dan problematika dMenimbulkan ketidakpuasan pakar al-Quran dan memicu mereka untuk menemukan metode lain yang dipandang lebih baik dari metode global 3. Metode Muqarrin Perbandingan Yaitu, metode penafsiran al-Qur’an yang dilakukan dengan menemukan dan mengkaji perbedaan-perbedaan antara unsur-unsur yang diperbandingkan, baik dengan menemukan unsur yang benar diantara yang kurang benar, atau untuk tujuan memperoleh gambaran yang lebih lengkap mengenai masalah yang dibahas dengan jalan penggabungan unsur-unsur yang berbeda itu. Tafsir muqarrin dilakukan dengan membandingkan ayat satu dengan ayat yang lain, yaitu dengan ayat-ayat yang mempunyai kemiripan redaksi dalam dua masalah atau kasus yang berbeda atau lebih, atau yang memiliki redaksi yang berbeda untuk kasus yang sama, atau yang diduga sama, atau membandingkan ayat dengan hadis yang tampak bertentangan, serta membandingkan pendapat ulama tafsir menyangkut penafsiran Al qur’an. Jadi dilihat dari pengertian tersebut dapat dikelompokkan 3 objek kajian tafsir, yaitu membandingkan ayat al-Qur’an dengan ayat al-Qur’an yang lain, membandingkan ayat dengan hadits Nabi SAW yang terkesan bertentangan, dan membandingkan pendapat penafsiran ulama tafsir baik ulama salaf maupun ulama khalaf. Dari definisi yang dipaparkan di atas, dapat disimpulkan bahwa metode muqarrin adalah teks ayat-ayat al-qur’an yang memiliki kesamaan atau kemiripan redaksi dalam dua kasus atau lebih atau memiliki redaksi yang berbeda bagi kasus yang sama. ayat-ayat al-qur’an dengan hadits yang pada lahirnya terlihat bertentangan. Membandingkna berbagai pendapat ulama tafsir dalam menafsirkan. Kitab-kitab Tafsir yang menggunakan metode Muqarrin a Durrah at-Tanzîl wa Ghurrah at-Tanwil, karya al-Iskafi yang terbatas pada perbandingan antara ayat dengan ayat. b al-Jami’ li Ahkam al-Quran, karya al-Qurthubiy yang membandingkan penafsiran para mufassir. c Rawa’i al-Bayan fî Tafsir Ayat al-Ahkam, karya Ali ash-Shabuniy . d Qur’an and its Interpreters salah satu karya tafsir yang lahir di zaman modern ini, karya Profesor Mahmud Ayyoub. Kelebihan dan kekurangan tafsir muqarrin a Kelebihan Metode Tafsir Muqarrin pintu untuk selalu bersikap toleran terhadap pendapat orang lain Amat berguna bagi mereka yang ingin mengetahui berbagai pendapat tentang suatu ayat mufassir untuk mengkaji berbagai ayat dan hadits-hadits serta pendapat-pendapat para mufassir yang lain ketelitian al-Quran bahwa tidak ada ayat-ayat al-Quran yang kontradiktif ma’na ayat Tidak menggugurkan suatu hadits hadits yang berkualitas shahih b Kekurangan Metode Tafsir Muqarrin yang menggunakan metode ini, tidak dapat diberikan kepada para pemula muqarrin kurang dapat diandalkan untuk menjawab permasalahan sosial yang tumbuh di tengah masyarakat. hal itu disebabkan metode ini lebih mengutamakan perbandingan daripada pemecahan masalah muqarrin terkesan lebih banyak menelusuri penafsiran-penafsiran yang pernah di berikan oleh ulama daripada mengemukakan penafsiran-penafsiran baru. Sebenarnya kesan serupa itu tak perlu timbul bila mufassirnya kreatif 4. Metode Maudhu’i Tematik Yaitu, metode penafsiran al-Quran yang dilakukan dengan cara memilih topik tertentu yang hendak dicarikan penjelasannya dalam al-Quran yang berhubungan dengan topik tersebut, lalu dicarilah kaitan antara berbagai ayat ini agar satu sama lain bersifat menjelaskan, kemudian ditarik kesimpulan akhir berdasarkan pemahaman mengenai ayat-ayat yang saling terkait itu. Metode ini diperkenalkan pertama kalinya oleh Syekh Mahmud Syaltut 1960 M ketika menyusun tafsirnya, Tafsir Al-Qur’anul Karim. Sebagai penerapan ide yang dikemukakan oleh asy-Syatibi, ia berpendapat bahwa setiap dalam surat walaupun masalah yang dikemukakan berbeda-beda namun ada satu tema yang sentral yang mengikat dan menghubungkan masalah-masalah yang berbeda tersebut. Ide ini kemudian dikembangkan oleh Prof. Dr. Ahmad Sayyid Al-Kumi. Ketua Jurusan Tafsir pada fakultas Usuluddin Universitas AL-Azhar sampai tahun 1981. Berikutnya Al-Farmawi menyusun sebuah buku yang memuat langkah-langkah tafsir maudhu’I yang diberi judul al-bidayah wan nihayah fi tasir al-maudhu’i. Adapun prosedur penafsiran al-Quran dengan metode tematik dapat dirinci sebagai berikut bahasan al-Quran yang akan diteliti secara tematik dan mengoleksi ayat-ayat sesuai topic yang diangkat ayat-ayat tersebut secara kronologis sebab turunnya, mendahulukan ayat Makiyyah dan Madaniyyah, disertai pengetahuan tentang latar belakang turunnya ayat. korelasi munasabah ayat-ayat tersebut tema bahsan dalam kerangka yang sistematis Melengkapi bahsan dengan hadits-hadits terkait ayat-ayat itu secara tematik dan komprehensif dengan cara mengoleksi ayat-ayat yang memuat ma’na yang sama, mengkompromikan pengertian yang umum dan khusus, muthlaq dan muqayyad, mengsinkronkan ayat-ayat yang tampak kontradiktif, menjelaskan nasikh dan mansukh sehingga semuanya memadu dalam satu muara, tanpa perbedaan atau pemaksaan dalam penafsiran Kitab-kitab Tafsir yang menggunakan metode Maudhu’i a Al-Mar’ah fi al-Quran dan Al-Insan fii al-Quran al-Kariim, karya Abbas Mahmud al-Aqqad b Ar-Ribaa fii al-Quran al-Kariim, karya Abu al-A’la al-Maududiy c Rawa’i al-Bayan fii Tafsir Ayat al-Ahkam, karya Ali ash-Shabuniy d Al-Washaayaa al-Asyr, karya Syaikh Mahmud Syalthut e Tema-tema Pokok al-Quran, karya Fazlur Rahman f Wawasan al-Quran Tafsir Maudhu’i Atas Pelbagai Persoalan Umat, karya M. Quraish Shihab Kelebihan dan Kekurangan Metode Maudhu’i a Kelebihan Metode Tafsir Maudhu’i pemecahan terhadap permasalahan-permasalahan hidup praktis, sekaligus memberikan jawaban terhadap tuduhan/dugaan sementara orang bahwa al-quran hanya mengandung teori-teori spekulatif tanpa menyentuh kehidupan nyata jawaban terhadap tuntutan kehidupan yang selalu berubah dan berkembang, menumbuhkan rasa kebanggaan terhadap al-Quran terhadap ayat-ayat terkumpul dalam satu topik tertentu juga merupakan jalan terbaik dalam merasakan fashahah dan balaghah al-Quran. untuk mengetahui satu permasalahan secara lebih mendalam dan lebih terbuka tuntas dalam membahas masalah b Kekurangan Metode Tafsir Maudhu’i melibatkan pikiran dalam penafsiran terlalu dalam Tidak menafsirkan segala aspek yang dikandung satu ayat, tetapi hanya salah satu aspek yang menjadi topik pembahasan saja BAB III PENUTUP Demikian makalah yang sudah kami uraikan dapat disimpulkan penafsiran dalam al-qur’an itu memiliki banyak metode, yang mana metode itu dikenal dengan ijmaliy, maudhu’I, tahliliy dan muqarin. Dan masing-masing dari metode tersebut memiliki kekurangan maupun kelebihan. Mempelajari, memahami al-qur’an adalah yang wajib dan urgent bagi diri kita maupun kehidupan kita. Selama penafsiran itu benar, tidak sesat, maka kita boleh mengajarkan dan mengamalkannya. Dalam mempelajari ilmu tafsir pun, kita juga harus memperhatikan mufassirnya agar kita tidak terjatuh dalam kesesatan. Dan awal dari tonggak kita dalam mempelajari tafsir adalah bahasa arab. Kemampuan bahasa arab inilah yang akan menghantar kita dalam mempelajari kitab-kitab tasfsir secara lebih dalam. Mengingat al-qur’an, as-sunnah dan bahkan kitab-kitab tafsir dari para ulama salaf maupun kholaf, semuanya menggunakan bahasa arab. Akhir kata kami ucapkan terima kasih atas perhatiannya. Maaf kata, bila dalam penulisan ada banyak kekurangan. Besar harapannya saran dan kritik dari pembaca semua. DAFTAR PUSTAKA Metodologi Tafsir al-Quran Kontemporer dalam pandangan Fazlur Rahman, Syukri Saleh,MA, penerbitSulthan Thaha Press, Februari 2007 Metodologi Penafsiran al-Quran, Baidan, penerbitPustaka Pelajar Anggota IKAPI, November 1998, Agustus 2000 Manna Al-Qattan, Al-Mabaahist fi al-Umulumil Qur’an, Beirut
Dalambahasa Arab, kata tafsir berasal dari akar kata al-fasr yang berarti penjelasan atau keterangan. Sedang al-ma'tsur berasal dari akar kata atsara yang berarti mengutip. Sedangkan menurut pengertian terminologi tafsir bil ma'tsur ialah sebagai rangkaian keterangan yang terdapat dalam Alquran, sunah atau kata-kata sahabat sebagai penjelasan terhadap firmanAllah.Tafsirtahlili method is one of the method used by classical mufassir until now in interpreting al-Qur'an verses. is method emerges because of the necessity to the detail explanation of the LYxrY.